Prabowo menciptakan Presidential Club dengan Dampak Positif Menurut Pengamat Nilai

by -86 Views
Prabowo menciptakan Presidential Club dengan Dampak Positif Menurut Pengamat Nilai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wacana klub presidensial yang diusulkan oleh presiden terpilih dalam Pemilu 2024, Prabowo Subianto, adalah langkah terobosan dari proses rekonsiliasi kerakyatan dan kebangsaan.

Direktur Eksekutif Sentral Politika Subrian Paridamos menyebut Prabowo memahami bahwa negara dapat maju jika elite dan tokohnya hidup rukun dan bersatu.

“Jika itu terwujud, maka Prabowo adalah satu-satunya presiden yang bisa menyatukan empat presiden sekaligus untuk duduk bersama memprioritaskan kepentingan bangsa dan negara,” ujar Subrian pada Rabu (8/5/2024).

Menurut Subrian, ide pembentukan klub presidensial bertujuan sebagai forum silaturahmi dan diskusi bersama para mantan presiden Indonesia dalam membahas strategi kebangsaan.

Dengan gagasan Prabowo tentang klub presidensial, para mantan presiden nantinya dapat berkomunikasi dan berbagi pengalaman serta pemikiran dalam menangani berbagai masalah di Tanah Air.

Jika terwujud, lanjut Subrian, Prabowo akan menjadi teladan bagi rakyat tentang pentingnya persatuan. Prabowo memberikan contoh untuk bersama-sama gotong royong dengan rakyat dalam menghadapi era baru visi Indonesia maju 2045.

“Tantangan bagi Prabowo sebagai presiden ke-8 RI semakin sulit dan kompleks, terutama menghadapi peta politik global yang penuh ketidakpastian. Oleh karena itu, sangat penting untuk melibatkan para mantan presiden,” ungkapnya.

Di beberapa negara, konsep tersebut sudah diterapkan. Namun, klub presidensial yang diusulkan oleh Ketum Gerindra ini diprediksi sebagai upaya Prabowo untuk mempertemukan Megawati, SBY, dan Jokowi.

Lebih lanjut, Subrian berharap dengan dukungan dari para tokoh bangsa, termasuk para mantan presiden, akan memberikan energi tambahan bagi Prabowo dalam mewujudkan agenda pembangunan di masa pemerintahannya, terutama dalam kebijakan Indonesia menghadapi geopolitik internasional.

“Kebijakan Indonesia tidak condong ke Barat maupun ke Timur, tetapi jelas dalam komitmennya untuk menghapus penjajahan di dunia dan mewujudkan perdamaian dunia,” katanya.