Kepemimpinan Letnan Jenderal TNI (Purn) Tarub

by -73 Views
Kepemimpinan Letnan Jenderal TNI (Purn) Tarub

Oleh: Prabowo Subianto [dikutip dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Pak Tarub adalah lulusan angkatan ’65. Saya pertama kali berinteraksi dengannya dari dekat saat dia menarik saya dari Kepala Staf Brigade menjadi komandan Pusdikpassus di Batujajar. Saya menganggap peristiwa ini sebagai sebuah kehormatan.

Saat menarik saya, beliau mengatakan, “Prabowo, coba kau benahi Batujajar. Perbaiki kurikulumnya. Buat tidak kalah dengan pasukan terbaik di dunia.” Misi itulah yang saya emban, dan dengan dukungan penuh dari beliau, saya melakukan perubahan kurikulum dan sistem latihan di Batujajar.

Sebelum menjabat sebagai komandan Pusdikpassus, saya meninjau beberapa pasukan khusus terbaik di dunia, antara lain Delta Force di Amerika, SAS di Inggris, dan GSG9 di Jerman. Setiap kali saya berkunjung ke pasukan, yang selalu saya cari adalah kurikulum pelatihan dan pendidikan mereka. Dari Pak Tarub, saya belajar bahwa jika kita ingin menilai suatu pasukan, lihatlah kurikulum pendidikan mereka. Hitunglah berapa jam pelajaran mereka belajar taktik, teknik, dan sebagainya. Hitunglah berapa butir peluru yang ditembakkan setiap prajurit. Dari situ, kita akan tahu kualitas pasukan tersebut. Dengan dukungan penuh dari Pak Tarub, saya memperbaiki mutu dan kurikulum pelatihan komando. Alhamdulillah, sekarang setelah sekian puluh tahun saya memantau, beberapa perubahan yang saya lakukan masih terus diterapkan di Batujajar.

Pak Tarub dikenal sebagai orang yang periang, penuh humor, selalu sangat persuasif, dan jarang marah. Pribadinya halus. Beliau disukai oleh atasan, rekan, dan anak buah.

Pak Tarub juga terlihat dari foto-foto daerah operasi, sejak menjadi kapten selalu berada di daerah operasi. Selain itu, Pak Tarub memiliki hobi menembak, selain tentunya olahraga lain, terutama olahraga bela diri.

Seringkali Pak Tarub memberi tugas kepada saya, namun setelah memberi tugas, beliau membiarkan saya menyelesaikan tugas tersebut tanpa banyak campur tangan. Ini adalah pengalaman saya, dimana banyak senior memberi tugas atau perintah, memberikan dukungan terkait apa yang diperlukan namun tidak mengganggu pelaksanaan tugas.

Sifat ini kemudian saya gunakan sebagai cara saya dalam memimpin. Saya sering mencari anak buah yang diberi tugas, dan biarkan mereka menyelesaikan tugas tersebut. Tentu saja saya akan memberikan apa yang diperlukan, namun saya memberikan keleluasaan pada mereka untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Sebagai seorang prajurit lapangan, saya tidak suka setiap langkah harus diatur, ditanya, atau diawasi. Saya kemudian melihat hal ini sebagai gaya kepemimpinan yang berhasil.

Di satuan-satuan yang aktif dan kuat, pasukan-pasukan dunia yang hebat, gaya kepemimpinan jenderal-jenderal hebat luar negeri demikian. Dikenal dengan istilah yang digunakan tentara Jerman dan Amerika sebagai mission type order. Perintah hanya memberi tugas pokok. Tidak perlu detail.

Hal ini juga dilakukan oleh Pak Sahala Rajagukguk saat mengendalikan saya pada tahun 1978, dalam operasi mengejar Lobato. “Kamu sampai di sini ini, lanjutkan pengejaran ke koordinat ini. Lalu kamu sudah tahu ya apa yang harus dilakukan. Ketemu lagi berapa hari dari sekarang dengan helikopter ini.” Beliau langsung terbang, tanpa ada perintah operasi yang bertele-tele. Hal ini juga yang saya pelajari dari Pak Tarub.

Source link