Kecelakaan Smelter dan Penurunan Keselamatan Kerja di Industri Peleburan Logam

by -58 Views
Kecelakaan Smelter dan Penurunan Keselamatan Kerja di Industri Peleburan Logam

Jakarta – Ledakan yang terjadi di pabrik pengolahan dan pemurnian bijih tambang, di Morowali, Sulawesi Tengah, menyebabkan 13 orang meninggal dan setidaknya 51 pekerja terluka. Polda Sulteng sekarang membentuk tim khusus (timsus) untuk menyelidiki ledakan tungku smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS).
“Saat ini kami juga sudah membentuk tim penanganan penyelidikan terhadap perkara ini bekerja sama melibatkan polda dengan tim laboratorium (forensik Polri) Makassar,” kata Kapolda Sulteng Irjen Agus Nugroho dalam keterangannya, Senin (25/12/2023).
Agus mengatakan, para korban ledakan smelter nikel untuk sementara telah dirujuk ke RSUD Kabupaten Morowali. Pihak kepolisian juga telah menerjunkan tim disaster victim identification (DVI) untuk mengidentifikasi para korban. Ledakan tungku smelter perusahaan asal Cina itu terjadi pada Ahad (24/12/2023) sekitar pukul 05.30 WITA. Pada saat itu, sebanyak 35 karyawan melakukan perbaikan tungku dan memasang pelat di sejumlah bagian. Akibatnya belasan pekerja meninggal dunia, termasuk pekerja asal Indonesia. Jumlah korban kecelakaan kerja hingga saat ini sebanyak 51 orang.
“Sebanyak 13 orang menjadi korban jiwa pada peristiwa. Untuk korban luka ringan dan berat sebanyak 38 korban luka-luka yang saat ini sedang mendapatkan penanganan medis,” kata Media Relations Head PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Dedy Kurniawan dalam keterangan resminya. Hasil investigasi awal, penyebab ledakan diperkirakan karena bagian bawah tungku masih terdapat cairan pemicu ledakan. Saat proses perbaikan tersebut, terjadi ledakan. Adapun di lokasi juga terdapat banyak tabung oksigen yang dipakai untuk pengelasan dan pemotongan komponen tungku. Akibatnya, ledakan pertama memicu beberapa tabung oksigen di sekitar area ikut meledak. Kebakaran tungku berhasil dipadamkan pukul 09.10 WITA.
PT IMIP terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menginvestigasi kejadian ini, termasuk penanganan korban. PT IMIP akan menanggung seluruh biaya perawatan bagi korban dan memenuhi hak dan kewajiban para korban.
Hingga saat ini, pihak manajemen PT IMIP sendiri masih berkoordinasi untuk penanganan krisis seluruh aspek, antara lain mencakup penyiagaan keamanan dan keselamatan karyawan, klinik medis, sekuriti, dan penyediaan informasi kepada publik. Beberapa korban yang berhasil diidentifikasi, dan atas permintaan pihak keluarga korban, jenazah korban telah diterbangkan ke kampung halaman masing-masing. Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia berduka cita atas jatuhnya korban jiwa akibat ledakan tungku smelter PT ITSS di Sulteng. Aspek Indonesia mengendus adanya pelanggaran aturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam kejadian ini. Presiden Aspek Indonesia Mirah Sumirat menyebut kecelakaan kerja ini merupakan tragedi kemanusiaan yang harus menjadi atensi serius pemerintah. “Pemerintah harus kemudian mengusut tuntas penyebab dan penanggungjawabnya,” kata Mirah.
Mirah menduga adanya pelanggaran aturan K3 di PT ITSS sehingga terjadi ledakan tungku smelter. Mirah mendorong pimpinan PT ITSS harus diproses secara hukum atas terjadinya tragedi kemanusiaan ini. “PT ITSS harus ditutup untuk sementara waktu agar proses pemeriksaan dapat dijalankan secara menyeluruh di seluruh area perusahaan,” ujar Mirah.
Mirah menyinggung lemahnya pengawasan terhadap penerapan K3 di Indonesia. Ia menduga hal ini dampak kemudahan investasi yang terlalu dimudahkan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker). “Pengawasan yang lemah dan minimnya jumlah tenaga pengawas ketenagakerjaan adalah persoalan klasik yang tidak pernah diselesaikan oleh pemerintah,” ujar Mirah.
Aspek Indonesia selanjutnya menuntut Kementerian Ketenagakerjaan untuk serius melakukan pengawasan ketenagakerjaan. Ini termasuk penerapan K3 di seluruh perusahaan di Indonesia. “Saya berharap peristiwa ledakan tungku di PT ITSS adalah yang terakhir dan tidak terjadi di tempat lain,” ujar Mirah.
Selain itu, Mirah mendesak PT ITSS bertanggung jawab terhadap keluarga korban. Hal ini demi memastikan keluarga korban dapat melanjutkan kehidupannya setelah kehilangan kepala keluarga.
Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menekankan perlunya ketegasan pemerintah soal penerapan standar keselamatan internasional (international safety standard) menyusul kecelakaan kerja di pabrik pengolahan nikel PT ITSS. Standar keselamatan kerja sangat penting dalam sebuah industri peleburan logam seperti PT ITSS.
“Pemerintah harus memberlakukan standar keselamatan internasional dengan zero accidents ke seluruh investor, termasuk investor Cina. Jangan lebih mementingkan masuknya investor smelter dengan mengabaikan safety system,” katanya.
Fahmy menilai, meledaknya smelter di Morowali makin membuktikan bahwa investor smelter mengabaikan standar keselamatan pertambangan. Padahal, penerapan standar K3 seharusnya mengacu pada standar internasional, bukan standar nasional maupun standar Cina.
“Investor Cina biasanya cenderung meminimalisir biaya, termasuk biaya keselamatan tambang,” ujarnya. Fahmy juga meminta agar secara reguler diadakan audit keselamatan untuk memastikan bahwa sistem keselamatan bekerja sesuai standar yang berlaku.