Dekan IPB: Indonesia dalam Tahap Transisi, Memerlukan Kepemimpinan yang Tangguh

by -65 Views
Dekan IPB: Indonesia dalam Tahap Transisi, Memerlukan Kepemimpinan yang Tangguh

Dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University Dr Irfan Syauqi Beik menyoroti situasi sosial politik Indonesia saat ini. Menurutnya, Indonesia kini sedang mengalami fase transisi. “Saat ini kita sedang berada dalam fase transisi kepemimpinan yang baru,” kata Irfan, Kamis (28/12/2023) pagi. Konteks fase transisi yang dimaksud adalah Indonesia sedang memasuki tahap pemilihan umum legislatif dan presiden.
Irfan berbicara dalam sesi pembukaan di Diskusi Refleksi Dinamika Perjalanan Bangsa Tahun 2023 dan Proyeksi 2024 yang diadakan di FEM IPB University. Pembicara lain dalam diskusi tersebut adalah Rektor IPB University Prof Arif Satria, ekonom senior IPB University yang juga anggota Dewan Pakar ICMI Prof Didin S Damanhuri, Guru Besar FEM IPB University Prof Yusman Syaukat, dan Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Dr Adian Husaini.
Irfan melanjutkan, dalam fase transisi ini, semua bangsa Indonesia ditantang untuk menghasilkan kepemimpinan yang kuat, pembangunan yang lebih berkualitas, dan kemakmuran yang lebih baik lagi bagi rakyat.
Ia juga menyebut, diskusi tersebut diadakan dalam dua momen penting. Pertama, momen akhir tahun sekaligus menjelang pemilu. Kedua, momen 33 tahun Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Ia menekankan peran ICMI dalam memengaruhi sejarah Indonesia yang sangat besar. “Pak BJ Habibie berperan besar. Rasanya tidak ada bank syariah di Indonesia tanpa ICMI, tidak ada industri halal di Indonesia tanpa peran ICMI,” kata Irfan.
Sementara itu, Rektor IPB Prof Arif Satria menekankan, Indonesia membutuhkan pemilu yang berkualitas dan kaya akan gagasan. Hal ini agar pemilu Indonesia dapat menghasilkan pemimpin substansial yang dibutuhkan rakyat. Bukan hanya sekadar pemimpin elektoral yang hanya didasarkan pada pemenangan suara terbanyak.
Prof Arif mengakui bahwa demokrasi di Indonesia belum matang. Hal ini terlihat dari fenomena berebut suara dengan pertarungan gagasan antara calon legislatif dan presiden serta wakil presiden.
Mengutip dari pengalaman negara lain, demokrasi dapat dianggap matang setelah melewati tujuh kali pemilu. “Indonesia dengan Pemilu 2024, baru lima kali. Butuh dua kali pemilu lagi,” katanya.
Perubahan substansial, kata dia, sangat penting bagi rakyat Indonesia. Apalagi dengan kondisi saat ini, di mana dunia mengalami perubahan yang sangat cepat. Perubahan yang tadinya berdampak besar di dunia setiap 2.000 tahun, sekarang semakin cepat.
“Perubahan dalam 10 tahun ke depan akan menjadi dahsyat,” kata pria yang juga menjadi Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Karena perubahan teknologi dan situasi semakin cepat, ini akan berdampak langsung pada sumber daya manusia. Arif menyebut butuh pemimpin yang mampu merespons perubahan tersebut. Pemimpin itu harus bisa menghasilkan kebijakan yang memberi manfaat sistemik ke seluruh lapisan masyarakat, mampu menelurkan kebijakan yang membawa efek berantai yang besar ke publik, serta berdampak dahsyat.