Jakarta –
Dua pesawat tempur ringan milik TNI AU, Super Tucano TT-3103 dan TT-3111 jatuh di Pasuruan, Jawa Timur. Hingga saat ini belum jelas penyebab pesawat tempur ini jatuh atau apakah ada korban jiwa akibat insiden tersebut.
Harga Pesawat Super Tucano
Dalam catatan detikcom pada 2012 lalu, pemerintah melalui TNI AU membeli pesawat tempur jenis Super Tucano ini dari Brasil untuk memperkuat kekuatan Skuadron Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang.
Kala itu TNI AU membeli pesawat tempur taktis Super Tucano buatan Brasil 16 unit dengan total biaya US$ 143 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun. Proses pembelian ini sendiri dilakukan dalam beberapa tahap.
Untuk tahap pertama didatangkan 4 pesawat yang tiba di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. Tahap selanjutnya, pada bulan Januari 2013 akan tiba 4 pesawat lagi dan seterusnya hingga lengkap 16 buah pesawat.
Bila 16 pesawat ini dibeli dengan harga Rp 1,3 triliun, artinya satu unit Super Tucano ini kurang lebih senilai Rp 81,25 miliar (1,6 triliun dibagi 16 unit pesawat).
Spesifikasi Pesawat Super Tucano
Berdasarkan informasi dari situs resmi TNI AU, EMB-314 Super Tucano merupakan hasil pengembangan pesawat latih EMB-312 Tucano yang dirilis pertama kali oleh Embraer pada tahun 1983. EMB-314 Super Tucano sendiri baru diluncurkan pada tahun 1992.
Dijelaskan pesawat tempur ringan ini terdiri dari dua versi, tipe A-29ALX (kursi tunggal) dan AT-29B (kursi ganda). Khusus versi kursi ganda juga dapat digunakan sebagai elemen pesawat latih lanjut, dan versi inilah yang dimiliki oleh TNI AU.
Karenanya Super Tucano sejatinya banyak digunakan TNI AU sebagai pesawat latih lanjut yang berkemampuan COIN (Counter Insurgency) atau pesawat anti perang gerilya. Dari desainnya, pesawat ini sangat pas untuk mendukung misi-misi pengintaian, close air support, dan penumpasan pemberontak.
Mengemban tugas yang multi role, dengan penekanan pada serangan ke permukaan, menuntut pesawat bermesin Pratt & Whitney Canada PT6A-68C Turbo Propeller ini punya kemampuan manuver yang lincah. Dari parameter gravitasi, EMB-314 Super Tucano sanggup menahan gaya gravitasi maksimum hingga +7g dan -3.5g.
Sebagai perbandingan, jet tempur F-16 dan Sukhoi Su-27/Su-30 yang juga dimiliki TNI-AU sanggup bermanuver hingga 9g. Adapun semakin besar gaya g (gravitasi) menandakan tingkat manufer pesawat yang bersangkutan cukup tinggi, dan sangat ideal untuk bertarung secara dog fight.
Meski begitu level 7g dari pesawat tempur EMB-314 Super Tucano ini dinilai sudah sebanding dengan F-5E Tiger. Artinya pesawat ini terbilang cukup lincah dan memberikan tingkat survivability cukup tinggi.
Menyadari kodratnya untuk membabat sasaran di darat dalam jarak dekat, EMB-314 Super Tucano tentunya memerlukan perlindungan ekstra. Pesawat ini dibekali sistem perlindungan proteksi untuk kabin awaknya.
Kabin pilot dilindungi bahan baja kevlar pada sekeliling kokpit. Untuk keselamatan, pilot juga dilengkapi kursi lontar Martin Baker dengan pola zero-zero. Sistem buka tutup kanopi dapat diaktifkan secara elektrik. Soal kekuatan kaca kokpit, mampu menahan benturan burung pada kecepatan 300 knot.
Elemen perlindungan ‘lebih’ pada ruang kokpit memang wajar untuk pesawat dengan misi COIN. Pasalnya, pesawat dengan ketinggian terbang rendah dan kecepatan terbatas, kerap bodi pesawat harus siap dalam menerima timah panas yang ditembakkan lawan di darat.
Sebagai pesawat COIN, sistem senjata internal mutlak hadir di EMB-314 Super Tucano. Elemen organiknya atau bawaan pabrik adalah dua buah SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7mm jenis FN Herstal M3P yang ditempatkan di setiap sayapnya.
Sedangkan dari sisi eksternal, pesawat ini mempunyai lima cantelan yang diposisikan pada sisi sayap kiri dan kanan (masing-masing dua cantelan) dengan maksimum 250Kg. Sedangkan cantelan utama terletak di bawah badan pesawat dengan kapasitas angkut maksimum 350Kg. Alhasil total maksimum senjata yang bisa dibawa mencapai 1.550Kg.
Koleksi senjata yang bisa dibawa seperti bon jenis MK-81/MK-82, bom cluster, rocket pod FFAR, dan rudal berpemandu laser, sekelas Maverick. Untuk menghadapi duel di udara, Super Tucano juga dapat membawa rudal anti pesawat jenis AIM-9L Sidewinder atau MAA-A1 Piranha.
Di luar itu, pesawat ini juga dilengkapi sistem pertahanan diri yang terdiri dari RWR (Radar Warning Receiver), MAWS (Missile Approach Warning System), dan chaff/ flare dispenser.
Kemudian Super Tucano juga dibekali sistem FLIR (Forward Looking Infrared), mengadopsi tipe Star SAFIRE III yang ditempatkan di bawah bodi pesawat. Dengan FLIR memungkinkan awak membidik sasaran, navigasi, dan identifikasi. Sistem ini juga memungkinkan pengawasan dan penyerangan baik saat siang dan malam hari, serta sanggup menghadapi segala kondisi cuaca.
(fdl/fdl)