Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan bahwa jumlah kasus cacar monyet atau monkeypox (mpox) yang terkonfirmasi saat ini sudah mencapai 30 kasus. Pertambahan kasus terjadi terutama di DKI Jakarta. Namun, penyebaran masih terbatas dan belum meluas.
Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, mengatakan bahwa Kementerian terus melakukan upaya pencegahan. Kemenkes terus mengedukasi dan memberikan informasi kepada kelompok berisiko tinggi dan masyarakat umum untuk menghentikan penyebaran penyakit tersebut.
Kemenkes juga memperkuat pengawasan dan penemuan kasus aktif di seluruh fasilitas kesehatan dalam upaya penanggulangan cacar monyet. Kemenkes bekerja sama dengan komunitas dan relawan untuk mendeteksi kelompok-kelompok tertentu, terutama dalam mencari kontak erat.
Maxi Rein Rondonuwu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, menjelaskan bahwa beberapa laboratorium, termasuk Balai Besar Laboratorium Kesehatan Kemenkes, memiliki kemampuan untuk memeriksa cacar monyet. Dengan demikian, Kemenkes hanya perlu mendistribusikan reagen yang diperlukan.
Moh Adib Khumaidi, Ketua Umum Pengurus Besar IDI, menyampaikan bahwa cacar monyet atau mpox dapat menular tidak hanya dari hewan ke manusia, tetapi juga dari manusia ke manusia. Penyebaran mpox secara global dapat terjadi dengan cepat karena berbagai faktor, seperti tingginya jumlah orang yang bepergian dan perdagangan internasional hewan seperti monyet. Selain itu, terdapat juga jalur penularan baru dari manusia ke manusia, terutama melalui hubungan seksual pria dengan pria (LGBT).
Kemenkes sebelumnya telah menjelaskan bahwa penambahan kasus cacar monyet di Indonesia disebabkan oleh perilaku seks berisiko. Dari tujuh kasus monkeypox yang terkonfirmasi, enam di antaranya merupakan penderita HIV/AIDS dan memiliki orientasi biseksual.
Sumber: REPUBLIKA.CO.ID