Perselingkuhan menjadi perbincangan hangat belakangan ini di masyarakat Indonesia, terutama setelah beberapa selebriti mengalami perceraian. Banyak spekulasi beredar bahwa kecenderungan untuk berselingkuh bisa diwariskan dari orang tua ke anak. Namun, psikoterapis klinis Dr. LeslieBeth Wish menyebut bahwa hal tersebut merupakan masalah yang kompleks. Menurutnya, perilaku berselingkuh dapat menjadi respon negatif ketika seseorang merasa tidak bahagia dalam hubungannya. Perilaku ini juga bisa dipelajari dari anggota keluarga lain yang menjadi pengasuh, seperti orang tua atau kakak.
Para ilmuwan pun mencurigai bahwa dorongan untuk berselingkuh bisa terkait dengan gen tertentu yang disebut DRD4, juga dikenal sebagai gen pencari sensasi. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 menemukan bahwa peserta dengan jenis gen DRD4 tertentu cenderung memiliki kecenderungan untuk berselingkuh. Gen DRD4 diketahui mempengaruhi pelepasan dopamin, hormon kebahagiaan dalam tubuh, yang membuat seseorang lebih tertarik pada aktivitas yang memberi sensasi kesenangan. Orang dengan gen DRD4 tertentu mungkin membutuhkan rangsangan ekstra untuk merasa puas dan cenderung mencari kesenangan yang lebih intens, termasuk dalam hal berselingkuh. Menurut peneliti, setiap orang memiliki gen DRD4 namun dalam variasi yang berbeda, yang dapat memengaruhi kecenderungan perilaku seseorang.





