Indonesia siap memasarkan kredit karbon dengan total 90 juta ton CO₂ ekuivalen pada Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau COP 30 Amazonia di Belem, Brazil. Dilakukan melalui sesi Seller Meet Buyer (SMB), 20 partisipan akan menawarkan proyek karbon dari sektor energi, kehutanan dan lahan, serta limbah. Kepala Biro Humas KLHK, Yulia Suryanti, mengungkapkan bahwa SMB berlangsung selama 11 hari dengan durasi satu jam setiap hari. Hal ini menjadi inisiatif perdana Indonesia dalam forum global ini. Pemerintah belum menetapkan target transaksi kredit karbon, namun SMB dipandang sebagai bukti keseriusan dalam mengimplementasikan program penanggulangan perubahan iklim. Ada tiga mekanisme penjualan dan pembelian, yakni transaksi selama COP 30, komitmen pembelian dengan Letter of Agreement (LoA), dan minat pembelian dengan Letter of Interest (LoI).
Paviliun Indonesia di COP 30 mengusung tema “Accelerating Substantial Action of Net Zero Achievement for Indonesia by Integrity Carbon.” Selain SMB, paviliun juga menampilkan 55 sesi diskusi, pameran, serta pertemuan bilateral dan multilateral. Terdapat empat subtema utama dalam acara ini, yaitu Climate Finance, Nature, Technology, dan Implementation. Dengan berbagai sesi dan tema yang dimiliki, Indonesia berharap diakui sebagai pemain utama dalam perdagangan karbon dunia.




