Asal-Usul Legenda Kuntilanak: Mengapa Hantu Selalu Perempuan?

by -36 Views

Kisah kuntilanak yang kerap digambarkan sebagai sosok perempuan yang meninggal dengan penasaran dan rohnya berkeliaran untuk mencari keadilan telah tersebar luas. Karakteristik kuntilanak dengan rambut panjang terurai dan memakai baju panjang putih sering muncul dalam film horor dan cerita-cerita seram lainnya. Asal-usul kabar kuntilanak ini, menurut antropolog Timo Duile dari Bonn University, Jerman, erat kaitannya dengan sejarah Kota Pontianak di Kalimantan Barat. Cerita kuntilanak dimulai dari kedatangan bangsawan keturunan Arab, Syarif Abdurrahim pada tahun 1771 yang mendirikan kota tersebut. Kota Pontianak dianggap sebagai benteng melawan para perompak karena letaknya strategis di jalur perdagangan utama Pulau Kalimantan. Nama ‘Pontianak’ diyakini berasal dari bahasa Melayu ‘pon ti’ yang berarti pohon tinggi, sebuah asosiasi dengan narasi kuntilanak yang sering dikaitkan dengan pohon tinggi di desa Kalimantan Barat.

Aktivis perempuan Nadya Karima Melati mengungkapkan dalam artikelnya berjudul Monsterisasi Perempuan dan Monoteisme bahwa fenomena kuntilanak sebagai hantu perempuan merupakan cerminan kepercayaan masa lampau. Sebelum monoteisme, perempuan dianggap sebagai perantara komunikasi antara manusia dan roh, bukan hanya dalam kepercayaan lokal tetapi juga dalam kepercayaan asli masyarakat. Namun, dengan masuknya monoteisme seperti Islam dan Kristen, konsep-konsep tersebut bergeser dan peran perempuan sebagai perantara roh berubah menjadi dukun atau penyihir. Monoteisme mengubah peran dewa-dewi menjadi figur seperti panteon, santa, atau manusia super, sementara roh-roh dianggap sebagai hantu atau monster. Ini memengaruhi makna upacara-upacara keagamaan dan proses komunikasi dengan roh, dari proses transenden menjadi kesurupan. Hal ini juga menyebabkan perempuan dianggap lemah dan mudah dirasuki oleh roh jahat, atau bahkan roh itu sendiri berwujud perempuan.

Source link