Meditasi tidak lagi terdengar seperti ritual kuno yang melayang dan sulit dilakukan secara rutin. Bagi mereka yang sering melakukannya, meditasi bukan hanya duduk diam sambil tertutup mata, tetapi merupakan latihan nyata yang dapat menenangkan dan mengasah otak. Studi ilmiah saat ini mendukung klaim ini dengan menunjukkan bahwa meditasi dapat mengubah struktur otak. Melalui teknologi pemetaan otak seperti EEG dan MRI, para ilmuwan menemukan bahwa meditasi dapat meningkatkan gray matter di area yang berhubungan dengan pembelajaran, memori, pengaturan emosi, dan perspektif.
Meskipun sejarah meditasi terkait dengan spiritualitas Timur, tetapi dalam beberapa dekade terakhir, sains Barat mulai memahami manfaat meditasi. Meditasi dapat membuat prefrontal cortex otak menjadi lebih tebal dan memiliki konektivitas saraf yang lebih kuat. Selain itu, meditasi juga dapat mengatur ulang kimia otak dengan meningkatkan dopamin dan serotonin, yang membantu mengatur suasana hati, tidur, dan metabolisme tubuh.
Manfaat meditasi juga dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti suasana hati yang lebih stabil, fokus yang lebih kuat, tidur yang lebih nyenyak, dan empati yang lebih dalam terhadap diri sendiri dan orang lain. Banyak studi terkini telah membuktikan bahwa meditasi dapat membantu mengelola kecemasan, depresi, insomnia, dan gejala PTSD. Dengan demikian, meditasi bukanlah sekadar mengosongkan pikiran tetapi mengenali dan memahami pikiran serta belajar untuk tidak selalu terbawa arus. Ini merupakan latihan kecil untuk mencapai damai dengan dunia dan terutama dengan diri sendiri.
