Air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan. Menurut penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mikroplastik ini terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia seperti serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap sampel air hujan di ibu kota Jakarta mengandung mikroplastik, terutama berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik. Fenomena ini disebabkan oleh siklus plastik yang kini telah menjangkau atmosfer, di mana mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri. Mikroplastik kemudian turun kembali bersama hujan, dikenal sebagai atmospheric microplastic deposition.
Temuan ini mengkhawatirkan karena partikel mikroplastik berukuran sangat kecil dan dapat terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan. Risiko kesehatan yang ditimbulkan, seperti stres oksidatif, gangguan hormon, hingga kerusakan jaringan, merupakan dampak serius dari paparan mikroplastik. Secara lingkungan, air hujan yang mengandung mikroplastik berpotensi mencemari sumber air permukaan dan laut serta masuk ke dalam rantai makanan. Untuk mengatasi masalah ini, BRIN mendorong langkah konkret lintas sektor, mulai dari riset dan pemantauan kualitas udara dan air hujan secara rutin, hingga pengelolaan limbah plastik yang lebih baik dan edukasi kepada masyarakat tentang pengurangan penggunaan plastik serta pemilahan sampah yang benar. upaya kolaboratif ini diharapkan dapat membantu mengurangi dampak negatif mikroplastik di lingkungan kota Jakarta.




