Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan keprihatinan sejumlah pakar iklim terhadap kemungkinan terjadinya fenomena iklim El Nino pada tahun 2027. El Nino merupakan sebuah fenomena yang perlu diwaspadai karena dapat memberikan dampak yang signifikan, baik dari segi lingkungan maupun gejolak sosial politik.
Dalam sebuah acara Insight with Desi Anwar di CNN Indonesia, Dwikorita menjelaskan bahwa setelah La Nina tahun 2020 hingga 2022 dan El Nino pada tahun 2023, pakar iklim mulai khawatir bahwa El Nino juga akan muncul kembali sekitar tahun 2027. Meskipun sejumlah negara sedang fokus terhadap tren La Nina, BMKG tetap memantau potensi terjadinya El Nino.
Saat ini, suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia masih dalam kondisi normal. El Nino sendiri merupakan fenomena pemanasan permukaan air laut di Samudera Pasifik yang dapat mengakibatkan penurunan curah hujan global. El Nino dan La Nina adalah bagian dari El Nino-Southern Oscillation (ENSO), yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik.
Selain dapat memengaruhi lingkungan, El Nino juga dapat berdampak pada bidang sosial politik. Dwikorita menegaskan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kejadian El Nino dengan gejolak sosial politik yang terjadi. Hal ini terbukti dari sejarah kejadian seperti G30S PKI, Dekrit Presiden, hingga reformasi yang memiliki kaitan dengan fenomena El Nino.
Dengan adanya indikasi kemungkinan terjadinya El Nino pada tahun 2027, BMKG terus melakukan pemantauan dan kajian untuk mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi. Hal ini menjadi penting untuk mempersiapkan langkah-langkah mitigasi yang tepat demi menjaga stabilitas lingkungan dan sosial politik di masa mendatang.
