Laporan terbaru dari OpenSignal menunjukkan penurunan kecepatan internet satelit Starlink setelah lebih dari setahun diluncurkan di Indonesia. Principal Data Analyst OpenSignal, Robert Wyrzykowski, mengungkapkan bahwa kecepatan awal unduhan dan unggahan Starlink telah menurun dalam kurun waktu tersebut. Meskipun Starlink awalnya menawarkan alternatif kuat bagi warga yang berada di luar jangkauan fiber atau seluler, kini kecepatannya turun menjadi 15,8 Mbps untuk unduhan dan 5,8 Mbps untuk unggahan.
Penyebab utama dari penurunan kecepatan ini adalah kemacetan akibat lonjakan permintaan yang tinggi. Starlink bahkan terpaksa menghentikan sementara pendaftaran baru karena tidak mampu menangani lonjakan tersebut. Ketika layanan kembali dilanjutkan, biaya untuk pelanggan baru juga meningkat drastis, mencapai Rp8 juta hingga Rp9,4 juta, sekitar tiga kali lipat dari upah bulanan rata-rata di Indonesia.
Meskipun terjadi penurunan kecepatan, konsistensi kualitas Starlink meningkat dari 24,2 persen menjadi 30,9 persen dalam periode yang sama. Namun, jika dibandingkan dengan Fixed Wireless Access (FWA), Starlink hanya unggul dalam kecepatan unduh, sementara kecepatan unggah, konsistensi kualitas, dan pengalaman video lebih baik pada FWA.
Peningkatan penggunaan layanan FWA di Indonesia terjadi karena keterbatasan penyebaran 5G dan cakupan yang sulit di daerah pedesaan. Operator seperti Telkomsel dan XL telah meluncurkan layanan FWA untuk memenuhi kebutuhan pasar. Meskipun Starlink menghadapi tantangan dalam kapasitas dan kecepatan, konsistensi kualitas dan infrastruktur yang ditingkatkan dapat menjadi peluang untuk meningkatkan layanannya di masa mendatang.



