Kontroversi Hybrid Plug-In: Fakta vs Klaim Produsen

by -56 Views

Kehadiran kendaraan listrik hibrida plug-in (PHEV) telah menjadi sorotan di Eropa, dengan data emisi terbaru yang menciptakan perdebatan di kalangan produsen mobil dan pemilik. Meskipun PHEV dianggap memberikan penghematan bahan bakar yang lebih besar dan emisi yang lebih rendah dalam teori, kenyataannya menunjukkan bahwa emisi karbon dioksida yang dihasilkan jauh melebihi angka resmi yang dirilis oleh produsen mobil.

Penelitian yang dilakukan oleh European Environment Agency (EEA) dan dikutip oleh LSM Transport & Environment (T&E) mengungkapkan bahwa PHEV mengeluarkan lima kali lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer dibandingkan dengan nilai resmi yang dipublikasikan. Data dari lebih dari 127.000 pengukur konsumsi bahan bakar pada PHEV yang terdaftar pada tahun 2023 menunjukkan bahwa emisi dunia nyata mencapai 139 gram CO2 per kilometer, sementara emisi resmi hanya dinilai 28 g CO2 per km menurut WLTP.

Meskipun demikian, PHEV tetap merupakan bagian dari transisi menuju kendaraan listrik, namun perlu adanya peningkatan dalam perhitungan angka emisi dan penggunaan baterai yang optimal. Beberapa pemilik PHEV juga mencatat perbedaan besar antara konsumsi bahan bakar yang diiklankan dengan realitas penggunaan sehari-hari. Dengan perubahan yang diusulkan oleh Uni Eropa terkait Pabrik Utilitas (UF), diharapkan emisi yang diiklankan PHEV akan lebih sesuai dengan kondisi riil di masa depan.

Dalam tantangan menuju mobilitas yang lebih ramah lingkungan, produsen mobil Eropa perlu melakukan langkah nyata dan transparan untuk memastikan emisi yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Meskipun PHEV memiliki peran penting dalam transisi menuju mobilitas listrik, keterbukaan dan kejujuran dalam perhitungan emisi menjadi kunci untuk mencapai masa depan yang lebih bersih.

Source link