Hacker Pro-Israel Retas Bursa Kripto Iran: Gasak Rp1,4 Triliun

by -12 Views

Perang antara Israel dan Iran telah menelan korban baru, kali ini dengan aksi hacker pro-Israel yang berhasil meretas bursa kripto terbesar Iran, Nobitex. Para hacker ini berhasil mencuri kripto senilai sekitar US$90 juta atau sekitar Rp1,4 triliun. Kelompok hacker yang dikenal sebagai “Predatory Sparrow” menyatakan bertanggung jawab atas serangan siber ini, yang diduga bertujuan untuk melemahkan Iran dalam konflik dengan Israel.

Para peretas mengklaim bahwa serangan mereka ditujukan kepada bursa kripto Nobitex yang digunakan Iran untuk menghindari sanksi internasional. Ahli keamanan siber memperkirakan bahwa kripto yang dicuri telah dipindahkan ke dompet digital yang tidak dikendalikan oleh para peretas. Nobitex sendiri telah mengkonfirmasi insiden tersebut dan menangguhkan akses ke bursa kripto sebagai tindakan pencegahan.

Serangkaian serangan siber ini menandai eskalasi konflik bertahun-tahun antara Israel dan Iran di dunia maya. Predatory Sparrow, kelompok hacker yang muncul dalam lima tahun terakhir, telah mengklaim serangan siber sebelumnya terhadap pabrik baja dan sistem pembayaran di Iran. Meskipun para peretas mengklaim sebagai aktivis siber anti-pemerintah Iran, namun banyak ahli keamanan menduga adanya keterkaitan mereka dengan Israel.

Selain serangan terhadap Nobitex, serangan siber juga menyasar infrastruktur digital Israel dengan peningkatan aktivitas jaringan berbahaya hingga 700 persen. Redware, perusahaan keamanan siber, melaporkan bahwa serangan tersebut dilakukan sebagai balasan atas serangan Israel ke Iran. Serangan ini mencakup berbagai tindakan, seperti serangan DDoS, infiltrasi, pencurian data, dan distribusi malware.

Eskalasi serangan siber ini diyakini bertujuan untuk menebarkan kepanikan di kedua negara, dengan situs web pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan telekomunikasi, dan infrastruktur kritis menjadi target utama. Upaya untuk mempengaruhi psikologis dan gangguan terhadap infrastruktur menjadi sorotan utama dalam konflik siber antara Israel dan Iran.

Source link