Mengapa Penting Peduli Terumbu Karang di Raja Ampat?

by -12 Views

Pada hari Rabu, 4 Juni 2025, Papua Barat kembali menarik perhatian berkat keterlibatan aktif dalam menjaga alam, khususnya melalui upaya rehabilitasi terumbu karang di Kampung Yensawai, Raja Ampat. Inisiatif ini merupakan bagian dari serangkaian program CSR dalam rangka HUT ke-47 Pasar Modal Indonesia yang digagas oleh Self-Regulatory Organization (SRO), yaitu PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

Aksi yang dilakukan di Raja Ampat bukan hanya sekadar tindakan simbolis belaka. Hal ini mencerminkan kesadaran bersama tentang pentingnya terumbu karang sebagai bukan hanya aset ekosistem laut, tetapi juga sebagai penopang kehidupan dan sumber mata pencaharian bagi masyarakat pesisir. Melalui penyerahan 3 ribu bibit terumbu karang oleh Direktur Utama KPEI, Iding Pardi, kepada Chief of Partnership Yayasan Benih Baik Indonesia (BenihBaik.com), Greeny Al Dewayanti, harapan besar ditanamkan untuk masa depan laut Indonesia.

Penyerahan ini turut disaksikan oleh pejabat tinggi Organisasi Jasa Keuangan (OJK) Republik Indonesia, yaitu Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon, Inarno Djajadi, serta Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto, Hasan Fawzi, di Kantor Distrik Batanta, Kampung Yensawai, Papua Barat.

Terumbu karang, sebagai penyangga ekosistem laut, kini menghadapi ancaman serius. Meskipun Indonesia memiliki luas terumbu karang mencapai 2,5 juta hektar, laporan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat bahwa sekitar 70% atau 1,75 juta hektar di antaranya mengalami kerusakan ringan hingga parah. Aktivitas manusia, seperti penangkapan ikan yang merusak dan limbah rumah tangga, serta dampak dari pariwisata massal yang tidak berkelanjutan, menjadi faktor penyebab utama kerusakan tersebut.

Iding menjelaskan, “Masyarakat pesisir Raja Ampat sangat bergantung pada laut untuk kehidupan sehari-hari, baik dari segi perikanan maupun pariwisata. Oleh karena itu, kami berharap bantuan bibit terumbu karang ini mampu mendukung perkembangan ekowisata dan perikanan yang berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.”

Kini, adalah saatnya bagi masyarakat untuk peduli dan bertindak. Sampah plastik yang dibuang di daratan bisa merusak terumbu karang ketika terbawa ke laut. Aktivitas liburan yang tidak ramah lingkungan juga dapat mempercepat degradasi ekosistem bawah laut. Setiap individu, baik di kota besar maupun di daerah terpencil, memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian alam.

Rehabilitasi terumbu karang di Kampung Yensawai menjadi titik balik bahwa pembangunan tidak harus merusak lingkungan. Melalui pendekatan ekowisata dan berkelanjutan, Raja Ampat dapat menjadi contoh ideal bagi industri pariwisata Indonesia ke depan. Terumbu karang bukan hanya pemandangan cantik di bawah laut, tetapi juga merupakan penunjuk kesehatan lingkungan bumi. Dari Raja Ampat, kita belajar bahwa menjaga laut bukanlah tugas sekelompok nelayan atau aktivis lingkungan, melainkan tanggung jawab bersama bagi semua pihak, termasuk mereka yang tinggal di perkotaan.

Source link