Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah mengumumkan rencananya untuk memberlakukan tarif atas produk impor yang berdampak pada kenaikan harga produk elektronik, seperti iPhone. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mendorong produksi dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja. Meskipun demikian, analis teknologi berpendapat bahwa proses ini tidak akan berjalan semudah yang diharapkan. Menurut Dan Ives dari Wedbush Securities, harga iPhone bisa melonjak menjadi US$3.500 jika diproduksi di AS. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas rantai pasokan dalam produksi elektronik yang saat ini terpusat di Asia.
Pindahnya produksi dan perakitan ponsel ke Asia telah terjadi selama beberapa dekade, dimana perusahaan-perusahaan AS fokus pada pengembangan perangkat lunak dan desain produk. Namun, kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump mulai mempengaruhi industri teknologi, terutama perusahaan seperti Apple yang sangat bergantung pada China dan Taiwan. Meskipun Apple telah berencana untuk menginvestasikan $500 miliar di AS dalam empat tahun ke depan untuk memperluas produksi di luar China, harga iPhone kemungkinan akan mengalami kenaikan signifikan.
Analis teknologi memperkirakan bahwa harga iPhone bisa naik hingga 43 persen jika seluruh biaya tarif ditanggung oleh konsumen. Langkah Apple untuk mendiversifikasi basis produksi ke India dan Brasil juga dihadapkan pada tantangan, karena kedua negara tersebut juga memberlakukan tarif atas produk elektronik. Meskipun demikian, upaya ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan Apple pada China dan Taiwan dalam pemenuhan produksi. Meskipun kebijakan tarif ini menjadi bencana bagi industri teknologi, Apple terus berupaya untuk menyesuaikan strategi produksinya demi mengurangi dampak yang ditimbulkan.