Pasca Hari Kemerdekaan di Amerika, perusahaan-perusahaan sedang merasakan dampak besar dari tarif yang diberlakukan, terutama di pasar otomotif. Harga mobil diperkirakan akan naik secara signifikan karena tarif yang diterapkan oleh pemerintah, menyebabkan kekhawatiran dan kepanikan di kalangan produsen mobil dan analis. Prediksi penurunan penjualan kendaraan dan kenaikan harga membuat industri otomotif menghadapi masa depan yang tidak pasti. Para analis, seperti John Murphy dari Bank of America, memperkirakan penurunan volume penjualan sebesar 15% hingga 20% jika semua biaya tarif diteruskan kepada konsumen.
Penyebaran tarif juga berdampak pada harga mobil baru, dengan perkiraan kenaikan biaya mulai dari $2.500 hingga lebih dari $20.000 per kendaraan. Jenis kendaraan seperti sedan, SUV, dan mobil sport dari merek ternama akan mengalami kenaikan harga yang signifikan. Para produsen mobil juga tengah memperkirakan tagihan tarif akhir mereka, dengan banyak pertanyaan mengenai apakah tarif akan bersifat kumulatif atau tidak, serta berapa total tarif yang akan dikenakan pada kendaraan mereka. Situasi ini tidak hanya membingungkan produsen mobil, namun juga membuat produsen harus mengkalkulasi kembali strategi pasokan dan harga jual mobil.
Di tengah ketidakpastian ini, industri otomotif di Amerika berusaha mencari solusi, termasuk dengan memindahkan sebagian produksi ke dalam negeri. Namun, jaringan rantai pasokan yang rumit dan global dalam industri ini menjadi tantangan tersendiri, dengan kemungkinan biaya produksi yang lebih tinggi di AS tidak selalu berdampak pada harga jual yang lebih terjangkau bagi konsumen. Dengan berbagai ketidakpastian yang ada, produsen mobil dan analis pasar harus siap menghadapi tantangan besar dalam menghadapi dampak tarif yang berdampak pada harga dan penjualan mobil.