Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap potensi cuaca ekstrem yang masih berlangsung di wilayah Jabodetabek, di tengah ancaman banjir yang sedang melanda wilayah tersebut. Dikatakan bahwa cuaca ekstrem ini belum mencapai puncaknya dan masih berpotensi terjadi dalam beberapa hari ke depan, meskipun diperkirakan akan sedikit mereda. Namun, BMKG memprediksi bahwa cuaca ekstrem akan kembali meningkat pada Dasarian II atau 10 hari kedua bulan Maret.
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, fenomena cuaca ekstrem ini diprediksi akan mencapai puncaknya pada tanggal 11 Maret. Hal ini didukung oleh hasil analisis BMKG yang memperkirakan puncak cuaca ekstrem terjadi pada Dasarian II, mulai tanggal 11 hingga 20 Maret. Pada periode 4 hingga 10 Maret 2025, BMKG mencatat adanya banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah seperti Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, dan Kalimantan Selatan.
Cuaca ekstrem yang mengakibatkan bencana hidrometeorologi di berbagai daerah, termasuk Jabodetabek, dipengaruhi oleh kondisi dinamika atmosfer yang meningkatkan potensi hujan di beberapa wilayah. Faktor-faktor seperti gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin diprediksi tetap aktif hingga sepekan ke depan, meningkatkan aktivitas konvektif di Indonesia. Potensi terjadinya hujan dengan intensitas tinggi masih diperkirakan dapat terjadi secara merata di sejumlah daerah.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan bahwa hujan dengan intensitas tinggi masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah Indonesia, terutama di bagian barat dan Kepulauan Papua. Gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin diprediksi akan tetap aktif di sebagian besar wilayah Indonesia, mempengaruhi pertumbuhan awan hujan dengan intensitas bervariasi. Hal ini juga didukung oleh terbentuknya sirkulasi siklonik di beberapa perairan Indonesia, yang dapat memperkuat potensi terjadinya curah hujan tinggi di wilayah-wilayah tersebut.