Sebuah studi terbaru mengungkap korelasi antara polusi udara dengan peningkatan tren belanja masyarakat. Studi ini dilakukan di Korea Selatan dan diterbitkan di Journal of Marketing dengan judul ‘The Impact of Air Pollution on Consumer Spending’. Hasil penelitian terhadap konsumen Korea Selatan menunjukkan bahwa pengeluaran konsumen cenderung meningkat seiring dengan tingkat polusi udara yang juga meningkat. Hal ini terutama berlaku pada kategori hedonis dan pencarian kesenangan, dimana belanja dapat membantu mengurangi emosi negatif terkait dengan kualitas udara yang buruk.
Peneliti menyatakan bahwa meskipun dampak polusi udara telah sering dibahas, hanya sedikit yang diketahui tentang dampak penurunan kualitas udara terhadap perilaku konsumen dan kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, studi ini memberikan perspektif baru bagi bisnis dalam menyesuaikan strategi pemasaran serta bagi pembuat kebijakan dalam merancang peraturan lingkungan dan sosial ekonomi.
Para peneliti, Sanghwa Kim dan Michael Trusov, melakukan analisis kuantitatif terhadap data penggunaan kartu kredit dan indeks kualitas udara untuk mengetahui korelasi tersebut. Mereka menyarankan agar penggunaan temuan ini difokuskan pada melindungi kesejahteraan konsumen dan masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya untuk keuntungan semata.
Selain memberikan wawasan bagi peritel dan pemasar dalam mengimplementasikan strategi yang responsif terhadap tren kualitas udara, temuan ini juga mengajak institusi pembuat kebijakan untuk mengembangkan kampanye yang menghubungkan kualitas udara dengan pilihan konsumen sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan kesadaran konsumen akan pentingnya belanja yang bijaksana selama periode polusi udara yang tinggi dapat meningkat, serta praktisi bisnis dapat mempromosikan alternatif yang lebih sehat dan lebih sadar lingkungan.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan urgensi untuk mengadopsi strategi pemasaran berkelanjutan yang sejalan dengan nilai-nilai sosial untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua pihak terkait.