Bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) menjadi salah satu metode yang banyak dipilih pasangan yang mengalami kesulitan memiliki keturunan. Metode ini menjadi harapan bagi pasangan yang mengalami masalah infertilitas atau gangguan kesuburan. Prosesnya dilakukan dengan mempertemukan sperma dan sel telur di luar tubuh, kemudian menanamkan embrio ke dalam rahim calon ibu. Meski banyak yang berhasil, bayi tabung tetap memiliki risiko komplikasi yang perlu diwaspadai oleh pasangan yang ingin menjalani prosedur ini.
dr. Mila Maidarti, Sp.O.G(K), selaku Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Fertilitas Endokrinologi Reproduksi dari RS Pondok Indah, menjelaskan beberapa komplikasi yang bisa terjadi selama proses bayi tabung. Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi dalam program bayi tabung, di antaranya Sindrom Hiperstimulasi Ovarium (OHSS), kehamilan ganda, kehamilan di luar kandungan (ektopik), dan infeksi atau perdarahan saat pengambilan sel telur.
Selain memahami risiko yang mungkin terjadi, dr. Mila juga menekankan pentingnya menjaga gaya hidup sehat sebelum menjalani bayi tabung. Ia menyarankan agar pasien rutin berolahraga setidaknya selama 20-30 menit per hari dan mengurangi konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan gula. Gaya hidup yang sehat dapat meningkatkan peluang keberhasilan bayi tabung. Jadi, sebelum memutuskan menjalani prosedur bayi tabung, pasangan perlu memahami risiko dan memperbaiki gaya hidup serta konsultasi dengan dokter yang berpengalaman dalam bidang tersebut.