Fadil Imran: PBSI Menjadi Pelopor Laboratorium Ilmu Olahraga di Indonesia

by -221 Views
Fadil Imran: PBSI Menjadi Pelopor Laboratorium Ilmu Olahraga di Indonesia

JAKARTA – Tren kompetisi olahraga dunia yang semakin mengarah pada pemanfaatan ilmu olahraga, teknologi, dan big data harus direspons oleh semua pihak yang terlibat dalam olahraga di Indonesia. Termasuk salah satu cabang olahraga favorit bangsa, bulu tangkis. Ketua Tim Ad Hoc Olimpiade Paris 2024 dari Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) M Fadil Imran menjelaskan, PBSI telah melakukan berbagai inovasi agar Indonesia tetap menjadi yang terbaik di panggung bulu tangkis dunia. “Saat ini trennya mengarah ke arah sana. Ada ilmu olahraga, teknologi analisis video, dan basis data. Kita tidak boleh tertinggal. Bakat pemain merupakan modal dasar. Ini harus dikembangkan dengan pendekatan modern, yaitu penerapan ilmu olahraga. Kami sudah mulai dan secara perlahan kita melihat hasilnya di turnamen Eropa ini,” kata Fadil dalam pernyataan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (27/3/2024).

Dalam ajang Swiss Open yang lalu, Indonesia berhasil meraih gelar juara ganda putri dari Lanny Tria Mayasari/Ribka Sugiarto, serta menjadi runner-up di nomor ganda putra dari Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana dan di nomor tunggal putri dari Gregoria Mariska Tunjung. Prestasi ini melengkapi pencapaian sebelumnya di turnamen All England dan Orleans Master. Fadil menyatakan, penerapan ilmu olahraga akan menghasilkan pola latihan yang terukur dan dirancang khusus (tailor-made) serta dapat dipantau secara real time. “Kita tidak bisa lagi hanya mengatakan, bahwa pemain A kurang bermain bagus, atau pemain B tidak bugar. Ukurannya apa? Disini analisis performa yang menyediakan data kuantitatif dan real time sangat penting. Ini karena jadwal turnamen yang padat sepanjang tahun. Atlet kita harus mendapatkan program latihan, pertandingan, fisioterapi, nutrisi, dan pemulihan yang terukur agar penampilannya stabil. Program tersebut dirancang secara individual, karena tidak ada manusia yang sama,” ujar Fadil.

Kolaborasi dengan Kampus Untuk terus mengejar inovasi tersebut, Fadil melibatkan para pakar berpengalaman dari beberapa kampus terkemuka. Profesor Nicolaas C Budhiparama, seorang dokter spesialis ortopedi dan traumatologi lulusan Universitas Leiden, Belanda, menjadi direktur medis tim Olimpiade Paris 2024. Ia memimpin tim dokter, nutrisi, fisioterapi, dan ahli pijat. Di bidang psikologi olahraga, terdapat Profesor Hamdi Muluk dan Profesor M Enoch Markum, keduanya adalah guru besar psikologi dari Universitas Indonesia (UI), serta Lilik Sudarwati, Ketua Ikatan Psikologi Olahraga (IPO). PBSI juga melibatkan dosen dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, yaitu M Nanang Himawan Kusuma, untuk mengawasi analisis performa.

Menariknya, Lilik dan Nanang adalah mantan atlet yang meraih prestasi gemilang. Lilik pernah menjadi juara dunia junior untuk ganda putri dan ganda campuran pada tahun 1987-1988, serta berpartisipasi dalam Piala Uber tahun 1988 dan 1990, serta SEA Games dan Asian Games. Sedangkan Nanang adalah atlet nasional lompat tinggi pada era 2000-an yang berhasil menempati peringkat keenam di Asia pada tahun 2004. Setelah pensiun sebagai atlet, keduanya beralih menjadi akademisi yang tetap berada dalam dunia olahraga. Lilik memperdalam ilmu psikologi di Universitas Indonesia dan aktif dalam asosiasi psikologi olahraga, sementara Nanang meraih gelar master dalam ilmu olahraga di Universitas Leipzig, Jerman, dan juga menjadi pelatih atletik internasional (World Athletic Lecturer) untuk wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan dengan pengalaman riset dan publikasi internasional.

Secara terpisah, Nanang menyatakan, “Ada tiga aspek dalam analisis performa, yaitu aspek fisik, teknik, dan strategi. Analisis ini didapatkan dari tes tertentu dan analisis video. Dari hasil analisis tersebut, program latihan spesifik dapat disusun sesuai dengan kebutuhan atlet. Misalnya, setelah dianalisis bahwa seorang atlet memiliki mobilitas panggul yang kurang, maka perlu dirancang latihan khusus untuk memperbaiki masalah tersebut. Mulai dari teknik gerak, biomekanika, penguatan otot, latihan reaksi, dan lain-lain. Jadi, tidak lagi cukup hanya melakukan latihan dari pagi hingga sore. Semua harus diamati secara detail dan terarah.”

Fadil menambahkan, “Spirit Tim Ad Hoc ini adalah gotong royong, kolaborasi, dan kesolidan. Saya bersyukur dan berterima kasih kepada para pakar dan akademisi dari kampus yang bersedia terlibat. Saya berharap kolaborasi ini dapat menjadi awal yang baik bagi laboratorium dan PBSI bisa menjadi pelopor ilmu olahraga di Indonesia. Manfaat dari riset dan pengembangan ini dapat dimanfaatkan oleh semua cabang olahraga. Tidak hanya bagi bulu tangkis. Pokoknya, untuk Merah Putih.”