BRI Fokus ke Segmen Ultramikro, Ekspektasi Likuiditas Sulit di Kuartal I 2024
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI telah secara konsisten menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai, di tengah ketatnya likuiditas perbankan nasional.
Direktur Utama BRI, Sunarso, mengungkapkan bahwa BRI berhasil menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai, dengan LDR BRI akhir Desember 2023 sebesar 84,2 persen. BRI juga mampu menjaga rasio kecukupan modal (CAR) di level memadai sebesar 27,3 persen.
“Dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai tersebut, perseroan masih memiliki ruang untuk tumbuh lebih baik pada tahun ini,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Ahad (4/2/2024).
Dalam kondisi apapun, lanjutnya, BRI menerapkan secara konsisten strategi just right liquidity.
“Artinya, kami tidak menumpuk likuiditas yang berlebihan, tetapi juga tidak membiarkan kita kekurangan likuiditas, supaya BRI tetap bisa terus tumbuh secara optimal,” tambahnya.
Namun demikian, Sunarso juga mengatakan bahwa untuk Kuartal I 2024, pihaknya meyakini bahwa likuiditas masih memiliki tantangan, terutama dengan suku bunga acuan yang berada di level 6 persen.
“Harapan kami, nanti setelah lewat satu semester, semoga bisa memasuki era suku bunga rendah atau normal kembali. Oleh karena itu, BRI terus membuka ruang untuk penyesuaian suku bunga, baik pinjaman maupun simpanan, tentunya mempertimbangkan banyak faktor seperti biaya dana, persaingan, serta kondisi perekonomian,” paparnya.
Meskipun terdapat tantangan berupa ketatnya likuiditas, BRI tetap menargetkan pertumbuhan kredit yang agresif di tahun 2024.
“Kalau sekarang BRI tumbuh kreditnya 11,2 persen, kemudian BRI ingin tetap tumbuh agresif di 2024 yakni 11-12 persen,” ujarnya.
Sunarso juga mengungkapkan strategi BRI akan tetap fokus di segmen UMKM, khususnya segmen ultramikro. Oleh karena itu, Holding Ultra Mikro (UMi) akan tetap dijadikan sebagai sumber pertumbuhan baru.
Sebelumnya, BRI telah mengumumkan kinerja keuangan tahun 2023 pada 31 Januari 2024 lalu, di mana BRI berhasil menutup tahun 2023 dengan kinerja cemerlang dan tumbuh secara berkelanjutan. Sunarso mengungkapkan bahwa secara konsolidasian, aset perseroan tumbuh 5,3 persen year on year (yoy) menjadi sebesar Rp1.965 triliun, dan membukukan laba sebesar Rp60,4 triliun atau tumbuh 17,5 persen year on year (yoy).
Dari sisi fungsi intermediasi, hingga akhir Desember 2023, BRI berhasil mendorong penyaluran kredit tumbuh 11,2 persen yoy menjadi Rp1.266,4 triliun. Pencapaian ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran kredit industri perbankan nasional yang sebesar 10,4 persen yoy di sepanjang tahun 2023.