Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Himawan Soetanto

by -156 Views
Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Himawan Soetanto

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Saya pertama kali bertemu Pak Himawan Soetanto saat masuk AKABRI pada tahun 1970. Saat itu, beliau menjabat sebagai Wakil Gubernur AKABRI bidang operasi pendidikan.

Beliau sangat terdidik. Kemampuan Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda beliau sangat baik. Selain itu, beliau juga bisa sedikit berbahasa Jepang, karena pernah mengalami masa penjajahan Jepang.

Beliau senang membaca buku-buku sejarah. Saya selalu berpikir bahwa tokoh-tokoh hebat adalah para pembaca buku. Saya percaya pada ungkapan “Leader is a Reader” – pemimpin yang baik harus rajin membaca. Di rumah beliau, banyak buku-buku. Ketika bertemu, beliau sering berdiskusi mengenai buku-buku dengan saya, bahkan menanyakan apakah saya sudah membaca karya-karya B. H. Liddell Hart, sejarawan ahli strategi militer Inggris, karya Sun Tzu, ahli strategi militer Tiongkok, dan buku-buku lainnya.

Selain itu, yang membuat saya terkesan dengan beliau adalah penampilannya yang rapi, senyumnya yang ramah, senang humor, tenang tapi percaya diri, dan dekat dengan anak buah. Saya yakin beliau memiliki pengalaman tempur yang panjang.

Berbeda dengan beberapa atasan lainnya yang tidak memiliki banyak pengalaman tempur. Mereka cenderung menjaga jarak dan selalu mengikuti peraturan. Di TNI, kita menyebut mereka sebagai “PUD minded” atau Peraturan Urusan Dalam.

Sementara atasan yang sering bersama pasukan di lapangan lebih santai dan fleksibel. Mereka dapat menyesuaikan PUD dengan kondisi lapangan. Bahkan atasan memiliki wewenang besar untuk menyesuaikan PUD dengan kondisi kesatriaan masing-masing.

Dari Pak Himawan Soetanto, saya belajar bahwa seorang komandan harus dekat dengan anak buah. Komandan harus bersama mereka dari bangun pagi hingga tidur. Komandan harus memeriksa dengan detail kondisi anak buah, termasuk dapur, kamar mandi, dan perlengkapan mereka.

Kebiasaan mengecek detail dapur dan perlengkapan anak buah saya pelajari dari beliau. Saya bahkan pernah menemukan kasus korupsi di dapur, seperti pakaian dalam prajurit yang sudah tidak putih lagi. Ini menjadi pembelajaran bagi saya.

Kariernya sebagai Letnan Jenderal membuat Pak Himawan Soetanto sangat terkenal dan menjadi inspirasi di kalangan tentara. Saya tetap dekat dengannya hingga ia pensiun, bahkan saat beliau sakit.

Ketika saya menjenguknya sebelum beliau meninggal, saya mendengar dari putranya bahwa di antara hal lainnya, saya juga yang dicari oleh beliau. Saya sangat terharu mendengar hal itu. Saat saya menjenguknya, saya menyampaikan penghormatan karena kami sering berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Meskipun beliau sudah tidak bisa berbicara, tapi beliau menunjukkan tangisnya.

Itulah kenangan saya terhadap Pak Himawan Soetanto. Merupakan suatu kehormatan besar bagi saya bahwa seorang jenderal yang saya kagumi masih mencari saya pada saat-saat sebelum beliau meninggal dunia.