Prabowo Subianto: Kebijakan Tetangga yang Baik

by -81 Views
Prabowo Subianto: Kebijakan Tetangga yang Baik

Prabowo menampilkan diri sebagai seorang yang kuat dalam logika geopolitik. Ia memulai pidatonya dengan mengulas kembali posisi geografis Indonesia. Menurutnya, Indonesia memiliki posisi geografis yang sangat strategis karena merupakan salah satu titik penting yang sering dilalui oleh rute perdagangan internasional.

Dalam konteks ini, Prabowo menganggap penting bagi Indonesia untuk berperan sebagai tetangga yang baik bagi negara-negara di sekitarnya. Ia menekankan prinsip “seribu teman tidak cukup, satu musuh terlalu banyak” sebagai landasan kebijakan luar negeri Indonesia dalam menjalin hubungan baik dan meminimalisir konflik dengan negara-negara lain.

Prabowo juga mengambil contoh keberhasilan negara-negara Timur dalam upaya memerangi kemiskinan, dengan menyoroti kemampuan Tiongkok dalam mengurangi angka kemiskinannya dalam 50 tahun terakhir. Ia meyakini bahwa Indonesia perlu melihat dan menyesuaikan contoh kesuksesan dari negara-negara di luar Barat terkait upaya mereka dalam memberantas kemiskinan, demi meningkatkan peran Indonesia sebagai pemimpin di kawasan dan di dunia.

Tidak hanya itu, Prabowo juga menegaskan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia akan tetap berpegang pada prinsip bebas-aktif dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang non-blok dan non-terikat. Ia memastikan bahwa Indonesia akan tetap menjaga hubungan baik dengan negara-negara besar dan memandang peran Indonesia sebagai jembatan antara kekuatan-kekuatan tersebut.

Prabowo juga menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan negara sahabat dan memperkuat kepemimpinan di kawasan, serta aktif mempromosikan dialog, perdamaian, dan kompromi dalam kerja sama internasional. Dalam kerja sama dengan negara-negara besar, Prabowo menjamin sikap non-terikat Indonesia akan diterjemahkan dalam keterbukaan untuk bekerja sama dengan pihak manapun yang sesuai dengan kepentingan nasional Indonesia.

Pemikiran Prabowo juga menyoroti adanya kesetaraan dalam hubungan antar-negara di berbagai isu. Tim Riset Analisis Kebijakan Luar Negeri dan Diplomasi dari Program Pascasarjana Hubungan Internasional, Universitas Indonesia, menyusun ulang artikel ini.